Binasa Dengan Waktu Luang
Binasa Dengan Waktu Luang
Oleh Ustadz M. Syarifuddin, M.Pd.I
Salah satu hal yang tidak bisa terulang adalah waktu, terlewat begitu saja tanpa peduli yang dilewatinya. Manusia yang diberikan jatah waktu hanya bisa memilih diantara dua pilihan, kelalaian yang berujung penyesalan dan kebinasaan atau keberkahan yang berujung kenikmatan. Pengaplikasian semasa hiduplah yang akan menentukan apakah kita telah memilih yang pilihan yang tepat yang akan menghantarkan kita pada kebahagiaan dan kenikmatan atau malah sebaliknya.
Allah Subhannahuwataala telah memberikan hak penuh terhadap manusia atas 24 jam dalam sehari semalam kehidupan di dunia, beruntunglah manusia-manusia yang senantiasa berpikir akan keberlangsungan hidupnya, menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya, beribadah kepada penciptanNya, bukankah demikian tujuan diciptakannya?. Namun, manusia seolah menghianati tujuan penciptaanya, pura-pura tuli dengan perintah dan laranganNya, bahkan sampai menentang dengan lantang ayat-ayatNya. Merugi? Sudah pasti, tinggal menanti penyesalan-penyesalan dikemudian hari. Kebinasaan-kebinasaan yang ia ciptakan sendiri semasa hidup telah berhasil menghantarkannya pada gerbang pengadilan sang maha adil yang tak akan membiarkannya luput satu detikpun, waktu yang ia sia-siakan demi televisi, demi game, demi kongo-kongo ria bersama teman-teman sejawatnya, demi ramainya bar dan café, dan demi kepuasan nafsu dunia yang selalu ia perturutkan.
Lantas, berbahagiah manusia-manusia yang semasa hidupnya mempergunakan waktunya dengan hal-hal yang membuat Allah SWT ridho kepadanya, menghamba dengan sebenar-benarnya, dan beribadah hanya kepadaNya. Kerberkahan waktu yang ia manfaatkan dengan sesuatu yang dapat mendatangkan cinta Allah kepadanya, kemudian senantiasa mengisi dengan amalan-amalan yang dapat menghantarkannya ke syurga. Ketika pahitnya menahan godaan, perihnya menahan keinginan keduniaan telah berhasil ia selesaikan, maka pantaslah Allah menggantinya dengan kenikmatan yang tiada tanding, kebahagiaan akhirat yang tak sebanding dengan tetesan keringat perjuangan ketika menghadapi ujian-ujian keimanan.
Dan pada akhirnya ditangan manusia itu sendirilah terdapat pilihan yang akan menentukan posisi kehidupan mereka nantinya, mentaati atau mendustai yang kemudian akan menghantarkannya pada ujung kebinasaan atau kenikmatan.